Apa Investasi Yang Cocok Untuk Lulusan Yang Baru Bekerja?
Investasi leher ke atas.
Jika yang Anda maksud investasi keuangan, jawaban saya tetap “investasi leher ke atas”. Dari pengalaman, tak ada yang lebih menguntungkan, secara ekonomi, di masa depan, bagi anak muda, dibandingkan investasi ilmu dan perilaku.
Eits… jangan salah kira.
Bukan berarti lalu mengabaikan investasi keuangan. Itu ada waktunya. Namun untuk Anda yang baru masuk dunia profesional, investasi leher ke atas adalah prioritas.
Apa itu investasi leher ke atas?
Investasi ilmu. Investasi pada kepala Anda beserta isinya. Konkretnya adalah belajar. Entah itu ilmu di bidang baru atau memperdalam ilmu yang telah dipelajari di kampus. Termasuk ilmu soal bagaimana merespon sesuatu dengan bijak.
Intinya, Anda berinvestasi pada kemampuan Anda sendiri.
Anggap saja orangtua Anda telah menggelontorkan banyak uang agar Anda berpendidikan dan berpenghidupan lebih baik. Kini, waktunya Anda memakai uang hasil keringat sendiri meneruskan tongkat estafetnya.
Bagaimana caranya?
Prinsipnya, delayed gratification. Berakit-rakit ke hulu, senang-senang kemudian. Melakukan hal yang menciptakan kesenangan abadi lebih dulu, ketimbang yang sesaat.
Klise?
Jika Anda anggap itu klise, sedangkan Anda sudah berpikir soal investasi, mungkin pola pikir Anda perlu dibenahi dulu.
Saya khawatir praktik investasi yang nantinya Anda lakukan lebih didorong emosi belaka.
Ada yang bilang,
“spend money on experiences, not things“.
Saya setuju, sebagian.
Yang tidak saya setujui, menggunakan nasehat itu untuk menghabiskan waktu dan uang pada sesuatu yang sesaat. Bahkan, tidak berkorelasi positif pada pengembangan karakter, karir ataupun ekonomi di masa depan.
Saya tidak bisa memberi contoh karena setiap hal di dunia punya efek berbeda di setiap orang.
Liburan ke luar negeri bisa berdampak positif pada seseorang, bisa juga tak berarti apa-apa pada yang lain. Menonton film di bioskop bisa meningkatkan produktivitas atau sebaliknya.
Intinya,
“spend money on experiences or things that matter“.
Saya tidak mengajak anti konsumerisme. Saya mengajak untuk membuat konsumsi menjadi pendorong untuk memproduksi lebih.
Seperti selebgram, hanya saja ini soal bagaimana membuat keseharian Anda menarik sekaligus menguntungkan Anda sendiri.
Sampai berapa lama?
Hingga Anda pikir tak ada untungnya investasi leher ke atas.
Lalu kapan mulai investasi keuangannya?
Kapanpun ketika Anda siap. (lihat paragraf kelima)
—
Tulisan oleh Amal Agung Cahyadi. Ingin tulisanmu tampil di sini? Kirim ke kampusunj@gmail.com