Kisah Radita Liem Kuliah di Universitas Tartu Dengan Beasiswa

Kuliah di Universitas Tartu: Kisah Radita Liem Mendapatkan Beasiswa

Kuliah di Universitas Tartu: Kisah Radita Liem Mendapatkan Beasiswa

Kuliah di Universitas Tartu itu seperti masuk ke mesin waktu.

Di balik desain eksterior Eropa klasiknya, Universitas Tartu benar-benar memaksimalkan teknologi. Bahkan, kebijakan dan sistem kuliahnya pun terbilang inovatif.

Tidak heran kalau universitas tertua dan terbesar di Estonia ini, termasuk dalam 3% peringkat teratas dunia.

Kabar baiknya, Universitas Tartu menyediakan beasiswa kuliah untuk siapapun. Salah satu penerimanya adalah Radita Liem, lulusan Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta.

Bagaimana cara mendapatkan beasiswa Universitas Tartu? Simak hasil wawancara Tim Editor KampusUNJ.com dengan Radita Liem:

 

1. Boleh perkenalkan diri dan pendidikan yang kamu ikuti?

Nama saya Radita Liem. Saat ini sedang kuliah program studi Master of Computer Science di Universitas Tartu, Estonia.

Sebelumnya, saya kuliah S1 di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta pada program studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi.

 

2. Kenapa pilih melanjutkan kuliah di Estonia?

Karena mendapatkan beasiswa dari Universitas Tartu. 😀

Alasan lainnya, karena minat terbesar saya di bidang Teknologi Informasi (TI), sehingga relevan jika melanjutkan kuliah di Estonia, negara yang dikenal dengan implementasi teknologi terdepan di dunia.

Di Estonia, teknologi informasi diterapkan di setiap elemen kehidupan masyarakat dan pemerintahannya.

Contohnya, pemakaian mesin cuci di asrama, bisa dipantau lewat situs web asrama, sehingga mahasiswa tidak perlu antre menunggu giliran karena bisa cek antreannya dulu sebelum berangkat ke ruang cuci.

Estonia juga memiliki program e­-residency atau kewarganegaraan digital bagi siapapun di dunia. Fungsinya untuk memudahkan semua orang yang ingin membuka bisnis di Eropa. Hal inilah yang membuat saya sangat tertarik untuk bisa kuliah di Estonia.

Biaya hidup di Estonia juga bisa dibilang murah, kalau dibandingkan dengan negara Eropa lainnya.

Biaya asrama saya di sebuah flat bersama lima teman lainnya, sekitar 80 euro sebulan (termasuk listrik, air dan laundry). Harga seporsi makanan di Estonia sekitar 2­–3 euro, dengan porsi dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dibanding di Indonesia. Jadi, bisa dibuat satu porsi makanan untuk dua kali makan. Seandainya masak sendiri, jadi jauh lebih hemat.

 

3. Bagaimana caramu memilih universitas di Estonia?

Untuk mendapatkan informasi tentang kuliah di Estonia bisa mengunjungi studyinestonia.ee.

Sistem pemerintahan dan pendidikan di Estonia sudah terintegrasi. Banyak program studi berbahasa Inggris yang dibuka gratis untuk mahasiswa internasional dari jenjang S1 hingga pascasarjana. Cara pendaftarannya, mudah dan to the point dalam menyatakan ekspektasi ke calon mahasiswanya.

Menurut Wikipedia, Universitas Tartu, tempat saya belajar adalah universitas paling prestisius di Estonia. Berdiri sejak tahun 1632 dan sudah menghasilkan banyak riset teknologi di tingkat internasional.

Walaupun Universitas Tartu adalah salah satu universitas tertua di Eropa, tapi sistemnya modern dan selalu mengikuti tren terbaru. Akun media sosialnya saja sangat update, dan punya International Student Ambassador yang akan membantu menjawab pertanyaan calon mahasiswanya. Semua hal inilah yang membuat saya nyaman memilih Universitas Tartu sebagai tujuan utama.

 

4. Bagaimana cara mendapatkan beasiswa kuliah di Universitas Tartu?

Berkuliah di jurusan Computer Science di Universitas Tartu sendiri gratis. Sebagai tambahan, saya juga menerima beasiswa bantuan biaya hidup dari Universitas Tartu. Beasiswa saya dapatkan karena menjadi salah satu Top 45 Candidates di program studi Computer Science dan Software Engineering. Namun, saya memilih program studi Computer Science yang lebih sesuai dengan minat saya.

Peringkat tersebut ditentukan berdasarkan dua faktor, yaitu semua nilai pada saat kuliah S1 dan pengalaman kerja kandidat atau prestasinya selama berkuliah.

Jika berminat di program studi Teknologi Informasi seperti saya, maka profil LinkedIn serta semua proyek kerja yang berada di BitBucket atau GitHub, perlu dilampirkan.

Karena saya pernah memenangkan beberapa kompetisi programming, dan berkontribusi pada beberapa proyek kolaborasi di bidang teknologi informasi, maka hal tersebut membantu saya memperoleh posisi cukup tinggi di peringkat kandidat.

 

5. Apa hal tersulit untuk mendapatkan beasiswa Universitas Tartu?

Sejauh ini tidak ada.

Sistem Universitas Tartu di Estonia, transparan dan apa adanya dalam menyampaikan ekspektasi. Saya tidak perlu mencari-cari profesor atau orang­-orang terkenal yang tidak terlalu kenal, untuk dimintai rekomendasi seperti beasiswa S2 lainnya.

 

6. Apakah beasiswa kuliah di Universitas Tartu sudah termasuk biaya hidup?

Sudah. Untuk biaya hidup, saya memperolehnya dari beasiswa Universitas Tartu, senilai 300 euro per bulan.

Sebagai tambahan informasi, saya mendapatkan beasiswa kuliah di Universitas Tartu dengan syarat, bahwa saya harus bisa memenuhi target perkuliahan, dalam setahun minimal 56 ECTS (European Credit Transfer and Accumulation System) dan harus sudah bisa menyelesaikan studi dalam waktu dua tahun.

 

7. Bagaimana rasanya kuliah di Universitas Tartu ?

Menguras tenaga dan pikiran.

Gedung-gedung Universitas Tartu tersebar di berbagai penjuru Kota Tartu, dengan kondisi jalanan naik-turun melewati bukit, lembah, hutan dan sungai.

Raekoja plats, pusat Kota Tartu, Estonia yang saya lewati setiap pagi menuju kampus.

Raekoja plats, pusat Kota Tartu, Estonia yang saya lewati setiap pagi selama kuliah di Universitas Tartu.

Setiap pagi, saya jalan kaki 20 menit dari asrama menuju gedung perkuliahan. Walaupun demikian, pemandangannya sangat indah; saya melewati pusat Kota Tartu yang penuh dengan berbagai bangunan kuno berdesain Eropa dan banyak kafe menarik.

Perkuliahan di Universitas Tartu cukup intense, karena hampir semua mata kuliah yang saya ikuti memberikan tugas setiap minggu, dan membutuhkan waktu pengerjaan 7–8 jam. Walaupun ada beberapa mahasiswa yang merasa tugasnya terlalu gampang.

Karena menerima beasiswa kuliah bersyarat, saya harus mengambil mata kuliah sesuai jumlah yang telah ditentukan, sehingga menurut saya, kuliah di Universitas Tartu cukup berat, apalagi sebelumnya saya bukan berasal dari program studi Ilmu Komputer.

Gedung utama di Universitas Tartu, Estonia.

Gedung utama di Universitas Tartu, Estonia.

Hal paling menarik selama kuliah di Universitas Tartu adalah metode pengajaran dan kebijakannya soal pengambilan mata kuliah.

Mahasiswa bebas mengambil mata kuliah sebanyak­-banyaknya dari fakultas apapun, asalkan bisa mengikuti jadwal yang ada. Bahkan, mahasiswa S1 bisa mengambil mata kuliah pascasarjana, dan melakukan credit transfer jika berencana melanjutkan studinya di Universitas Tartu, sehingga mereka tidak perlu mengulang mata kuliah yang sama. Dengan metode ini, mahasiswa S1 yang melanjutkan kuliah di Universitas Tartu, bisa menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 5-6 tahun.

Tidak heran jika di dalam kelas, saya bukan cuma belajar dengan sesama mahasiswa pascasarjana di Computer Science, tapi juga dengan mahasiswa jurusan lain, dari berbagai jenjang pendidikan.

Semua materi kuliah di Universitas Tartu bisa diakses lewat situs web kampus. Beberapa profesor memberikan rekaman video selama perkuliahan, sehingga bisa ditonton ulang selepas kuliah.

Bagi mahasiswa Teknologi Informasi (Computer Science dan Software Engineering), pihak kampus menyediakan gratis peminjaman laptop yang dapat digunakan selama kuliah di Universitas Tartu.

 

8. Apa tantangan terbesar selama kuliah di Universitas Tartu?

Menyesuaikan diri dengan ritme perkuliahan, setelah hampir 5 tahun pergi dari bangku kuliah. Kemudian belajar pemahaman terhadap berbagai topik ilmu komputer yang banyak menggunakan pendekatan matematis.

Hal tersebut benar­-benar berbeda dengan materi kuliah S1 saya di Indonesia. Namun, bagian tersulit menurut saya adalah menerjemahkan istilah matematika ke dalam bahasa Indonesia.

 

9. Apa perbedaan tinggal di Indonesia dan Estonia?

Jumlah penduduk Estonia hanya sekitar 1,3 juta, sedangkan total penduduk Jakarta sekitar 17 juta. Kota-kota di Estonia terbilang sepi karena jumlah penduduknya hanya sekitar 100 ribu. Masyarakat Estonia pun jarang membuat suara ribut karena tidak ada yang mau terkena denda polisi.

Jumlah mobil dan motor di Estonia sangat sedikit. Kebanyakan orang lebih suka jalan kaki atau naik sepeda, sehingga polusi udara hampir tidak ada. Sisi-sisi jalanannya dipenuhi pohon rindang dan trotoarnya lebar. Pengendara mobil terbiasa berhenti dari jauh kalau melihat ada pejalan kaki yang mau menyeberang jalan.

Radita Liem kuliah di Universitas Tartu

Radita Liem kuliah di Universitas Tartu.

Suhu udara di Estonia saat musim gugur sekitar 17 derajat celsius. Katanya, suhu saat musim dingin di Estonia bisa mencapai minus 30 derajat celsius.

Masyarakat Estonia terbiasa tepat waktu dan terencana. Semua materi kuliah dan pertemuan organisasi sudah direncanakan sebelumnya. Peserta kuliah/pertemuan pun sudah melakukan persiapan sebelum berangkat kuliah atau ke pertemuan, sehingga semua bisa selesai tepat waktu dan tidak keluar konteks.

 

10. Punya tips bagi mahasiswa Indonesia yang ingin kuliah di Universitas Tartu, Estonia?

Buatlah persiapan yang matang sebelum mendaftar diri untuk kuliah di Estonia.

Lakukan riset mendalam tentang bidang studi yang akan dipelajari. Umumnya, materi perkuliahan sudah bisa diakses secara online dan bisa dipelajari terlebih dahulu.

Jaga kesehatan dan kebugaran fisik, karena perkuliahannya bisa sangat intense.

Jika ingin tahu semua informasi kuliah di Universitas Tartu, bisa tanya saya melalui email raditaliem@gmail.com atau cek situs web International Student Ambassador.

 

Mau kuliah di luar negeri? Jika iya, daftarkan email kamu untuk mendapat informasi gratis kuliah di luar negeri lainnya:

Daftarkan email di bawah ini:

3 Responses

  1. Senky says:

    Bocah iki gayeng… Bisa diajak meng gayeng kan estonia….

  2. unggulcenter says:

    yeaaah! Raditaa kereen ^^ Estonia memang bebas polusi, senang bisa menghirup udara disana 1,5 tahun lampau 🙂

  1. 28/09/2016

    […] dengan cerita kuliah di Universitas Tartu yang seakan masuk ke mesin waktu, kuliah di Universitas Gunma, Jepang, […]

Apa komentarmu?