Sontaria Simanjuntak: Gue UNJ, lo?

Tulisan di bawah ini adalah pemenang #TugasKampus edisi #AlasanMasukUNJ yang telah dilaksanakan sebelumnya. Ditulis oleh Sontaria Simanjuntak.

 

 

Alasan utama saya masuk UNJ adalah karena saya memang bercita-cita menjadi guru, sejak saya SD. Dan cita-cita tersebut mantap sejak saya kelas 2 SMP. Saya sesungguhnya baru benar-benar tau UNJ sejak 2 SMA. Waktu itu abang saya kelas 3 SMA dan dia ingin masuk UNJ dan itulah awalnya saya juga mau masuk UNJ. Mungkin hanya sebagian kecil orang yang ingin masuk UNJ karena bercita-cita menjadi guru. Tapi saya memantapkan dulu ingin menjadi guru baru setelah itu menetapkan untuk memilih UNJ.

Alasan kedua saya memilih UNJ yaitu because “It’s the one and only State University in Jakarta”. Tentu saja kebanggan tersendiri bagi saya dan keluarga jika saya bisa menjadi salah satu dari puluhan ribu orang yang duduk di bangku UNJ tersebut J Dan UNJ Rawamangun berlokasi tidak jauh dari tempat tinggal saya yang beralamatkan di Jl. Usman Harun Jakarta Timur.

Kalau kalian ingin tau apasih alasan utama yang bisa membuat saya memilih untuk bercita-cita sebagai seorang pendidik yaitu karena mama saya. Mamaku adalah seorang guru honorer di salah satu SDK di daerah Mangga Besar Jakarta Pusat. Dan juga seoarang guru agama di SMPN di daerah Halim Perdana Kusuma. Dialah alasan pertama mengapa saya ingin sekali menjadi seorang guru. Keluarga besar saya juga banyak yang bekerja sebagai tenaga pendidik. Bahkan kakak dan nenek saya dulu juga seorang guru dan kepala sekolah di kampung halaman saya.

Tapi ada satu momen dimana saya benar-benar memantapkan cita-cita tersebut. Waktu itu saya masih duduk di bangku kelas 2 SMP dan waktu itu pelajaran Matematika, yang merupakan pelajaran favorite saya. Pak Suratno adalah guru yang mengajar dan merupakan salah satu guru ter-killer yang ada di SMP saya waktu itu. Banyak teman saya yang takut sama beliau, tapi tidak dengan saya. Mungkin itu dikarenakan saya sudah menyukai pelajaran tersebut jadi saya tidak merasa takut. Saya ingat betul waktu itu ada PR yang harus dikerjakan di depan kelas dan pak Suratno menawarkan kepada murid-murid apakah ada yang berani maju mengerjakan di depan kelas. Mungkin karena banyak yang takut jadi tidak ada yang berani maju. Kebetulan saya sudah mengerjakan PR tersebut dan mengerti soalnya karena sudah terlebih dahulu diajarkan ayah saya di rumah. Akhirnya saya yang pada dasarnya adalah siswi yang pemalu mencoba memberanikan diri mengacungkan tangan dan mengerjakannya di depan kelas.

Waktu itu saya duduk di bangku 2 baris dari belakang, dan selama jalan ke depan kelas kaki saya gemeteran dan saya benar-benar gerogi karena ini kali pertama. Saat sedang menuliskan jawaban di papan tulis tangan saya pun gemetar. Setelah selesai menuliskan jawaban di papn tulis tak di sangka pak Suratno meminta saya untuk menjelaskan seolah-olah saya adalah seorang guru. Seketika saya tediam karena kaget dan malu. Akhirnya dengan keberanian full saya memberanikan diri untuk menjelaskan kepada teman-teman saya di depan kelas. Saat saya menjelaskan suara saya pun gemeteran karena terlalu gerogi. Setelah saya selesai menjelaskan dan masih dalam posisi di depan kelas terlintas kalimat ini dalam pikiran saya “Suatu saat saya akan ada dalam posisi seperti ini, mengajar dalam kelas”. Terlebih saya menginginkan mengajar Matematika yang saya sukai tersebut. Sejak saat itulah saya mantap untuk bercita-cita sebagai seorang guru.

Masih banyak kejadian-kejadian lain yang memantapkan hati saya untuk menjadi seorang pengajar. Terlalu panjang kalau saya jelaskan disini hehe 😀

Universitas Negeri Jakarta adalah universitas pencetak pengajar-pengajar profesional, karena memang para mahasiswanya di arahkan untuk menjadi seorang pengajar. Kalau orang lain dengar kata-kata UNJ mereka sudah tau kalau itu adalah kampus pencetak guru-guru profesional. Karena itulah saya benar-benar ingin menjadi bagian dari UNJ.

Saat tes SNMPTN saya hanya memilih UNJ sebagai tujuan saya dan pastinya saya juga memilih Program Pendidikan Matematika seperti yang sudah lama saya harapkan dan Pendidikan Teknik Informatika & Komunikasi. Tapi ternyata hasil yang saya dapatkan tidak seperti apa yang saya inginkan. Lalu saya lanjutkan tes SM-UNJ, yaitu PENMABA. Di tes ini saya tak mundur untuk tetap mencantumkan Program Pendidikan Matematika sebagai salah satu pilihan saya.  Sewaktu saya cek di internet ternyata saya lolos ke tahap selanjutnya, yaitu tes wawancara dalam bahasa inggris. Sekedar informasi, untuk PENMABA dibuat tes wawancara dalam bahasa inggris karena MABA yang lolos dari PENMABA akan diarahkan untuk bilingual. Dan saya adalah orang yang lemah dalam speaking. Tapi saya mencoba untuk tetap optimis. Bersama teman kenalan saya yang juga lolos ke tahap wawancara, kami mencoba keliling Kampus B untuk bertanya pada para senior tentang bagaimana tes wawancara tahun-tahun sebelumnya. Beruntungnya dia orangnya berani jadi saya yang memang rada pemalu tidak harus banyak bicara.

Waktunya pun tiba dan saya benar-benar gerogi. Semua yang sudah saya persiapkan dan pelajari seakan-akan hilang setelah saya berhadapan dengan penguji.

Hingga waktunya pun tiba untuk melihat pengumuman. Tapi karena terlalu banyak yang membuka situs untuk melihat hasil SM-UNJ tersebut akhirnya saya pun harus ke kampus UNJ untuk melihat langsung pengumumannya. Mata saya tertuju pada mading yang berisi prodi-prodi FMIPA. Dan setalah saya cari ternyata nama saya tidak ada. Seketika seakan badan saya tak bertulang, benar-benar lemas, tak tau apa yang akan terjadi, seakan semua harapan pupus sudah pada waktu itu, semua kesedihan bercampus jadi satu. Seketika air mata pun menggenang di mata :’( Lalu saya teringat pada pilihan kedua saya dan segera melihat ke mading yang berisi prodi-prodi FT. Lalu saya menemukan nama saya di urutan ke-3 dari 48 orang. Semua rasa sedih, kecewa hilang seketika menjadi semangat baru. Setidaknya tetap ada harapan menjadi guru dan bisa menjadi bagian dari mahasiswa UNJ tahun 2012.

Saya lolos di pilihan Program Pendidikan Teknik Elektronika. Sempat bingung bagaimana nanti saya ke dapannya, apakah saya sanggup. Jujur ini bukan pilihan saya, dan saya benar-benar tidak berminat di bagian tersebut. Ini adalah pilihan mama saya. Tapi karena dasar saya adalah IPA dan saya memang menyukai hitung menghitung maka saya tetap lanjutkan. Pilihan saya 2x gagal tapi 1x pilihan mama langsung berhasil berarti memang ada rencana Tuhan menempatkan saya di sini. Kalau kalian fikir setelah saya tidak lolos di Pendidikan Matematika lalu niat saya menjadi seorang guru juga terhenti, itu SALAH besar. Justru saya semakin tertantang bagaimana mengajar di SMK yang  mayoritas cowok tersebut, tapi saya masih berharap bisa mengajar Matematika di SMP atau SMA.

Saya bangga telah menjadi bagian dari @KampusUNJ dan menjadi salah satu Mahasiswi UNJ. Saya juga ingin berkontribusi dengan kampus tercinta ini dengan menjadi bagian dari @KopmaUNJ


Apa komentarmu?